Minggu, Agustus 31, 2008

Honda Sonic 125

Main cantik ? Bikin Sonic !


Di mata banyak orang, motor Honda produksi AHM identik dengan motor 'bapak-bapak'. Salah satu suhu saya malah pernah bilang kalo di kampungnya motor cap Honda itu identik dengan motornya 'guru agama'. Kenapa disebut motor guru agama ? Karena guru agama pasti bawa motornya nyantai dan gak kebut-kebutan. Hehehe. Ada-ada saja memang. Efek lain dari pikiran motor bapak-bapak adalah motor AHM tak mampu 'lari'. Buat anak muda, motor Honda kebanyakan merupakan pilihan ke sekian. Meski begitu, jangan anggap remeh atau menyamakan semua motor Honda sebagai motor bapak-bapak lho. Mungkin cuma motor Honda sini yang begitu. Tapi kalo di luar, busyet ... motor merk Honda disegani juga oleh motor merk lain. Kenapa ? Soal lari kencang tak kalah, model juga tak malu-maluin.

Ayo kebet jawara yang satu ini. Mata saya tak bisa lepas dari sosoknya yang macho. Ini motor pernah nongol sebentar di sini dan berstatus impor. Sampai sekarang kalo mau juga masih bisa pesan, tapi lewat importir umum. Dulu diimpor oleh AHM dan disediakan kepada peminat dengan harga nyaris sama dengan sebuah Kawasaki Ninja saat itu yang berbanderol 20 jutaan. Orang 'waras' dan bukan fanatik atau hobbies, sudah pasti memilih Kawasaki Ninja yang lebih jantan kemana-mana dan idola banyak anak muda saat itu. Kesulitan spare part juga sempat menimpa Honda Nova Sonic saat itu. Cari businya aja perlu keliling dunia, walah ..... lagu lama. Belakangan, Honda Nova Sonic lenyap begitu saja dari cerita. Meski begitu, klubnya pernah terbentuk.

Sekarang, AHM tengah cemberut karena digoyang Yamaha terus. Motornya pun tak bisa-bisa masuk ke hati anak muda penyuka tampilan jantan dan performa gahar. Mau dinamai Revo, tetap saja dicuekin dan dilirik sebelah mata. Sekali waktu, petinggi AHM yang baru pernah berujar, " Suatu saat, kami akan bikin motor yang tak pernah terbayangkan sebelumnya !". Agak mustahil bila motor tersebut benar-benar fresh keluar duluan di sini tanpa melalui Thailand. Paling dekat, ya coba lirik ke Honda Thailand sana ... punya motor apa saja yang kira-kira bakal 'diterjemahkan' sama AHM untuk pasar lokal.

CBR 150 ? Hmm ... ini motor setanding untuk 'melipat' Yamaha V-Ixion supaya nggak geer. Kalah-kalahnya cuma karena CBR belum berinjeksi ria. Soal klep, CBR 150 sudah DOHC sedangkan V-Ixion 'baru' SOHC dengan 4 klep. Banyak orang yang menunggu-nunggu dan berharap-harap cemas, apakah AHM bakal mengeluarkannya di sini. Bisa jadi ! Cuma pertanyaannya lagi, mau dibanderol harga berapa kalo dibikin sama AHM ? Taruhlah jadi dibuat secara lokal, harganya pasti lebih mahal dari V-Ixion. Sudah cerita lama bahwa motor AHM berharga irrasional, hehehe. Padahal teknologinya masih tradisional. Apalagi yang versi mutakhir seperti CBR 150 ? Dari namanya saja sudah 'serem', CBR ... mengusung nama generasi motor balap Honda lho.

Balik lagi ke si bebek jantan bergaya ayam jago. Jika dibuat di sini, bakal perang langsung dengan Jupiter MX dan Satria FU. Boleh dibilang pesaing langsung tidak ada. Bebek 125 cc yang ada, bukan lawan dari si Sonic yang bukan landak itu. Paling banter, perangnya dengan Satria FU yang sama-sama pejantan tangguh. Tapi Satria FU menang kapasitas meski kalah karena 'ketinggalan' ber-radiator meski sudah DOHC. Dengan MX, Sonic menang penampilan yang sudah ayam jago. Di luar itu, teknologinya kalah juga dari MX. Bersenjatakan mesin konfigurasi tegak, 125 cc dan liquid cooled - seolah mengambil celah pasar di antara Jupiter MX dan Satria FU bukan ? Perlengkapan perang lainnya tergolong standar untuk ukuran bebek jantan : kopling tangan, velg racing, knalpot bergaya racing dan rem cakram belakang.

Masih menjelaskan identitas bahwa ini adalah motor sayap kepak, tak ketinggalan teknologi CECS yang diperkenalkan oleh Honda Karisma pertama kali di pasar lokal serta SASS yang dibawa Honda Supra X 125 pertama kali juga turut dipasang. Belum cukup ? Shutter key juga merupakan kelengkapan standar. Ini ciri dari motor Honda yang sekalipun bergaya racing tetap tak lupa terhadap kelengkapan fitur. Jangan lupakan juga, sudah menggunakan aki kering.

Jika bicara teknologi, Sonic tampaknya masih harus melawan MX dan FU dengan DOHC-nya. Tapi untuk soal penampilan, boleh jadi Sonic melewati MX dan berjumpa dengan si bebek monster, Satria FU. Siapapun lawannya, kehadiran Sonic (seandainya) jelas bakal mencabik-cabik predikat bahwa Honda motor yang susah diajak bergaya racing betulan. Selama ini, motor Honda kebanyakan menganut gaya turing kan ? Selain itu, Sonic bakal merobek-robek anggapan bahwa motor Honda sulit diajak kencang. Performa yang diusung Sonic, jelas tidak malu-maluin. Kalaupun kalah dari MX dan FU, sepertinya masih bisa ditolerir. Kapasitasnya aja udah berkata demikian. Tapi belum tentu juga kalah seperti Vega membabat Supra Fit atau New Smash menahan tawa atas Fit S. Di atas kertas, teknologinya masih setaraf lho. At least, tarafnya jelas di atas bebek-bebek 'kuno'.

Inilah bebek modern yang semestinya diperhitungkan baik-baik oleh AHM untuk dilaunching di sini. Belajar dari kesalahan tempo dulu, mestinya soal harga adalah kendala pertama yang kudu dilewati. Mau dibanderol berapa jika nongol ? MX kisaran 15 jutaan, FU ada di kisaran 17 jutaan. Eit, jangan lupakan juga soal ketersediaan sparepart. Reputasi AHM sebagai pabrikan nomor satu di Indonesia, sering kali tercemar dengan kelangkaan sparepart. AHM juga kudu serius dalam menggarap Sonic supaya jadi icon AHM yang baru (bukan Supra injeksi yang kurang laku itu). Jangan seperti Honda NSR yang sekedar menaikkan gengsi bahwa Honda juga bisa bikin motor 2 tak.

Bila hal-hal tersebut dapat diatasi, saya yakin Sonic akan berbuah keberhasilan. Apapun yang disodorkan oleh AHM, masyarakat kita (terutama para penggila merk sayap kepak) akan melahapnya. Anak muda yang anti produk AHM pun saya percaya bakal melirik Sonic karena tampangnya yang macho dan teknologinya yang 'lain dari lainnya' (sesama motor AHM). Jalan menuju perubahan image dari motor bapak-bapak ke motor anak muda, semestinya terbentang lebar lewat Sonic. Paling penting, supaya nggak ditoyor melulu sama kompetitornya, AHM kudu memikirkan jalan keluar yang paling spektakuler dan bukan sekedar make over produk lama jadi kelihatan baru atau sibuk bikin nama / nambahin nama 'Revo' di produk-produknya doang. AHM harus bermain 'cantik'. Dan salah satu caranya, boleh jadi dengan bikin 'Sonic'.

Salam Sonic..

Minggu, Agustus 24, 2008

John Petrucci Guitar 7 string model


John Petrucci 7-string model

Size

12-1/2" wide, 1-3/4" thick, 38" long

Weight

7 pounds, 8 ounces - varies slightly

BODY

Wood

Basswood

Finish

High gloss polyester

Colors

Check current EB/MM color chart

Bridge

Custom John Petrucci Music Man Tremolo Optional Piezo bridge available

NECK

Scale

25 1/2"

Radius

15"

Headstock

Only 5-7/8" long Matching painted headstock available at an additional charge

Frets

24 - High profile, wide

Width

1-15/16" at nut, 2-19/32" at last fret

Wood

Selected maple

Fingerboard

Rosewood

Finish

Gunstock oil and hand rubbed special wax blend

Tuners

Schaller M6-IND locking

Truss rod

Adjustable - no component or string removal

Attachment

5 bolts - perfect alignment with no shifting Sculpted neck joint allows smooth access to higher frets

ELECTRONICS

Shielding

Graphite acrylic resin coated body cavity and aluminum lined control cover

Controls

500K volume and tone - .022uf tone capacitor

Switch

3-way toggle pickup selector, with custom center position configuration

Pickups

Two Custom DiMarzio Humbucking - specially designed for Petrucci

John Petrucci Guitar 6 string model

GUITARS


John Petrucci 6-string model

Size

12-1/2" wide, 1-3/4" thick, 37" long

Weight

7 pounds, 4 ounces - varies slightly

BODY

Wood

Basswood

Finish

High gloss polyester

Colors

Check current EB/MM color chart

Bridge

Custom John Petrucci Music Man Tremolo Optional Piezo bridge available

NECK

Scale

25 1/2"

Radius

15"

Headstock

Only 5-7/8" long Matching painted headstock available at an additional charge

Frets

24 - High profile, wide

Width

1-11/16" at nut, 2-1/4" at last fret

Wood

Selected maple

Fingerboard

Rosewood

Finish

Gunstock oil and hand rubbed special wax blend

Tuners

Schaller M6-IND locking

Truss rod

Adjustable - no component or string removal

Attachment

5 bolts - perfect alignment with no shifting Sculpted neck joint allows smooth access to higher frets

ELECTRONICS

Shielding

Graphite acrylic resin coated body cavity and aluminum lined control cover

Controls

500K volume and tone - .022uf tone capacitor

Switch

3-way toggle pickup selector, with custom center position configuration

Pickups

Two Custom DiMarzio Humbucking - specially designed for Petrucci

John Petrucci

John Petrucci is best known as the guitarist and founding member of the progressive metal band Dream Theater. He is also the band's producer and main lyricist as well as an original member of the acclaimed Liquid Tension Experiment with Tony Levin. John is a long standing veteran of Joe Satriani's prestigous G3 tours along with Steve Vai, Eric Johnson and Paul Gilbert.

Born John Peter Petrucci on July 12, 1967, he grew up in Kings Park, New York, a small suburban town on Long Island. John began playing guitar at age 12 and quickly realized that music was his passion and that the persuit of excellence on his instrument would consume him for the years to come. To that end, he practiced for at least 6 hours a day in an effort to further his understanding and technical abilities as a guitar player. Some of his early influences include Steve Morse, Al DiMeola, Steve Howe, Allan Holdsworth, Stevie Ray Vaughan, Randy Rhoads, Joe Satriani, Steve Vai, Alex Lifeson, Yngwie Malmsteen, Rush, Yes, Iron Maiden, The Dregs and Metallica. At age 18 after graduating from high school, he attended the Berklee College of Music in Boston along with schoolmate/bassist John Myung where they fatefully met drummer Mike Portnoy and quickly formed the nucleus of what was to become Dream Theater.

John proceeded to take his band on a very successful musical journey including many gold and platinum CD and DVD releases (see "discography") as well as extensive world tours (see "tour dates"). He would go on to receive many notable awards in the various guitar publications throughout the world, including most recently the 2007 "Guitarist of the Year" as named by the readers of Total Guitar magazine.

John met his wife Rena Sands in 1989 and the two would later marry in September 1993. Rena was the guitarist and founding member of the all female metal band Meanstreak. Rena continues a career as a guitar player with her band Mixxed Company who can be seen playing regularly in the New York/east coast area.

In 1995 John released his first instructional video called "Rock Discipline" and was also a contributing columnist in Guitar World magazine's "Wild Stringdom" series. A book by the same name would later be released as a collection of the lessons featured in the magazine.

In 1998 and 1999 John released "Liquid Tension Experiment" and "Liquid Tension Experiment 2" respectively, along with DT bandmates Mike Portnoy and Jordan Rudess and the inimitable Tony Levin on bass. Both albums would not only prove to be worthy and enjoyable side projects, but also favorites among fans worldwide.

The year 2000 brought with it the unvieling of John's record label, Sound Mind Music. Created and run by his wife Rena, it's first release was "An Evening With John Petrucci and Jordan Rudess", an acoustic-instrumental live concert of Latin/Jazz improvized music for guitar and piano. The concert was recorded in June of that year at the Helen Hayes performing arts center in Nyack, NY.

In 2001 John joined the North American run of the popular G3 tour with Joe Satriani and Steve Vai. He performed as a trio with DT bandmate Mike Portnoy on drums and bassist Dave LaRue of Dregs/Steve Morse Band fame. John would subsequently continue on with legs in Mexico and Japan with Joe and Steve ("G3 Live in Tokyo" was released in 2005) South America with Joe and Eric Johnson, Australia with Joe and Steve and again in North America in 2007 with Joe and Paul Gilbert.

In 2005 John released his first and much anticipated solo album titled, "Suspended Animation" on the Sound Mind Music label. The self-produced album of all instrumental guitar music featured Dave LaRue on bass and Dave DiCenso on drums. Drummer and re-mixer Tony Verderosa also contributed to the CD and can be heard on the song "Tunnel Vision". The album was mixed by friend and long time DT producer/mix engineer Kevin Shirley. Many of the songs John debuted live while on tour with G3 would later make up the bulk of the CD.

John is a long time Ernie Ball/Music Man endorser who proudly has a 6 and 7 string signature model guitar with called the "John Petrucci BFR". He is also an avid and loyal user/fan of Mesa Boogie amplification as well as a devoted DiMarzio and Dunlop endorser (see "gear"). You can catch John regularly doing clinics/master classes for Ernie Ball and Mesa Boogie in diferent locations throughout the world (see "clinics").

John currently resides on Long Island with his wife Rena and three children Samantha, Reny and Kiara and two cats named Miss E. and Mr. E. Cupcake. He enjoys spending his lesiure time having fun with his family, dining, watching movies, skiing and vacationing as well as doing home improvements. John is also an avid fan of bodybuilding and dedicates much of his off time to weight training. He is a voting member of NARAS.





Jumat, Agustus 22, 2008

New CBR 125

CBR 125 Masuk Indonesia???

Gegap gempita persaingan motor di Indonesia ternyata membuat pabrikan sayap mengepak ini semakin mengepak, setelah menelorkan motor batangan versi sportnya yang kemudian kita kenal sebaga Tiger Revolution, maka pabrikan Honda sekarang sedang di hadapkan rumor akan memasarkan CBR 125 ke indonesia, seperti yang kita ketahui bersama generasi CBR kita tahu ada CBR 150, motor ini di produksi di Thailand yang di pasarkan ke Indonesia secara CBU.

Setelah Yamaha dengan yamaha Vixionya, Kawasaki dengan Ninja 250 yang rumornya bermesin 4 tak, maka seakan di gempur dari segala penjuru raksasa motor yang merajai pasar indonesia akhirnya gerah juga.

Seperti kita ketahui bersama performa CBR 150 yang merupakan kakak dari CBR 125 ini seolah tidak ada yang menandingi, dalam acara kebut bareng di sirkuit Sentul beberapa waktu yang lalu ternyata CBR 150 menduduki posisi terdepan mendahului para pesaing-pesaingnya yang ber cc lebih tinggi, walaupun dalam hal ini peran rider dan mekanik sangat berperan tapi dengan ini membuat citra CBR semakin membahana.

JIka kita lihat desain CBR 125 ini sangat futuristis sekali, dimulai dari batok depan yang sangat Italia banget sampai double seaternya yang mencerminkan sebuah tunggangan sport tulen. Dalam rumornya ini CBR 125 rumornya akan di bekali mesin 125 cc adopsi dari mesin Honda Nice.

Honda nice menggunakan mesin tegak 4 tak SOHC berpendingin udara, soal performa kita bisa meragukan soalnya performa Honda Sonic tidak setangguh lawan-lawanya di masa itu, tetapi dengan penerapan teknologi terkini mungkin penerapanya pada CBR 125 disertai berbagai perubahan yang signifikan seperti penggunaan sistem DOHC, Injeksi, dan Radiator.

Dari semua uraian di atas akhirnya tertuju pada harga, dimana rumor yang berdar CBR 125 di produksi di Thailand sehingga harga jual ke Indonesia di prediksi masih sekelas motor CBU, tapi siapa tau pihak AHM memasarkan versi CKD untuk pasar Indonesia.

Sony luncurkan koleksi warna-warna terbaru dalam seri Sony VAIO CR series

Sony VAIO Yang Tetap Gaya Dan Penuh Warna
Sony luncurkan koleksi warna-warna terbaru dalam seri Sony VAIO CR series (Premium Gold dan Lizard Brown) dan TZ Series (Crystal Pink dan Ruby Red).

(Jakarta, Februari 2008) – Mengawali tahun 2008 ini Sony VAIO kembali meluncurkan rangkain-rangkaian koleksi terbarunya untuk seri VAIO CR yang sangat menggoda bagi para trend-setter dan seri VAIO TZ untuk konsumen yang mobile tapi tetap membutuhkan performa tinggi . Dengan tetap mengusung lifestyle, Sony menambah jajaran warna-warna barunya dalam rangkaian seri VAIO CR dan VAIO TZ ini.

Dengan tampilan warna-warna barunya yang menawan ini Sony VAIO akan sangat menggoda siapapun yang melihatnya dan menambah kesan prestius tidak hanya untuk sebuah perangkat teknologi namun juga dalam sebuah gaya bagi si pemakainya. Itulah nilai tambah yang akan selalu dipersembahkan Sony VAIO dalam penciptaan koleksi-koleksi terbarunya di tahun 2008 ini, dimana perangkat Notebook kini dapat menjadi andalan si pemakainya baik para kawula muda yang gaya maupun seorang eksekutif sekalipun, dimana pun mereka dan kapanpun.

Dengan Sony VAIO notebook, konsumen dapat menikmati gabungan dari design luxurious dan performa tinggi yang mampu memberikan keuntungan fungsi Audio Visual maupun IT. Konsumen kini dapat mengekpresikan diri mereka melalui style dan design dengan VAIO CR. Dengan VAIO TZ, Sony memberikan konsumen notebook PC yang sangat luxurious secara design namun dengan performa tinggi.”, demikian ungkap Leo Marathon, VAIO Product Marketing PT. Sony Indonesia dalam rangka peluncuran koleksi warna terbaru dari VAIO ini.

Sejarah Sony VAIO

VAIO pertama kali muncul pada September 1996 dengan PC revolutioner di dunia yang pertama dan telah membuat terobosan internasional di tahun berikutnya dengan meluncurkan notebook yang ramping, VAIO 55. Sejak saat itu VAIO telah menjadi nama terdepan dalam bisnis Personal Computer.

Saat ini Sony VAIO (Video & Audio Integrated Operation) sendiri telah mendapat pengakuan dunia sebagai notebook teringkas, yang dikembangkan berdasarkan gabungan teknologi AV tercanggih yang ada dan perkembangan teknologi informatika terkini dan dilengkapi dengan peralatan multimedia profesional dan keseluruhan desain yang canggih, Begitu pula kehadiran-kehadiran beberapa produk penerus ini, Sony VAIO ingin menawarkan pengalaman baru di dunia computer dan hiburan komprehensif, mendekatkan jarak antara kerja dan kesenangan dalam style sempurna.

“Luxury Meets Mobility” Crystal Pink dan Ruby Red Warna Baru Dari TZ Series

Inilah koleksi dua warna baru dari VAIO TZ series yaitu Crystal Pink dan Ruby Red yang sangat lembut dan mempesona. Dengan tetap mengusung sebuah kemewahan VAIO TZ Series Sony menawarkan sebuah PC yang dengan gaya terkini serta fungsi-fungsi bisnis dan hiburan tercanggih saat ini dengan tidak melupakan portabilitas dan performanya. VAIO TZ Series dijamin akan menjadi perangkat bisnis idaman bagi para eksekutif muda yang dinamis dan mobile dimana keindahan sebuah desain dan warna juga merupakan hal penting dalam sebuah Notebook penunjang aktivitas bisnis dan perkerjaan mereka.

VAIO TZ Series memiliki desain “Full Flat” pertama sejenisnya yang bergaya minimalis yang selalu menarik perhatian orang yang melihatnya. Setiap bagian dipertimbangkan secara seksama, sampai desain keyboard-nya pun terinspirasi dari batu apung yang biasa terdapat di taman-taman air Jepang. Panel keyboard-nya dibuat sedikit melengkung dan dilebarkan dari area palm rest hingga ke tengah. Sehingga finishing dari panel keyboardnya setara dengan finishing sebuah Piano.

Kehadiran VAIO TZ Crystal Pink dan Ruby Red ini akan menambah kecintaan penggunanya, Crystal Pink dan Ruby Red adalah sebuah warna yang sangat lembut dan mempesona sehingga sangat menggugah rasa dan estetika serta teknologi yang membuat produk ini berada pada kelas yang paling premium diantara laptop lainnya. VAIO TZ Series Crystal Pink dan Red ini sangat tepat bagi anda yang selalu memilih yang terbaik untuk diri anda.

Hadirnya pilihan warna baru pada TZ Series yang ditawarkan Sony ini tidak mengurangi keberadaan fitur-fitur canggih yang telah diusung pada seri TZ pendahulunya. Dengan layar monitor LCD 11,1” Wide WXGA (1366x768) yang dimilikinya sanggup menampilkan hingga 72% kemurnian warna dan penambahan brightness sebesar 24% atau Clear Bright High Color LCD (White LED), kualitas gambarnya setara dengan sebuah TV LCD. Terdapat juga kamera built-in yang canggih. Kamera 0.3 Mega Pixel Motion Eye.Hanya dengan satu kali klik pada “VAIO AV Mode Launcher Ver. 1.0” di control panel, aplikasi chat dan hiburan Audio Video dapat dioperasikan kapan saja dan dimana saja. Pengguna dapat menikmati film dan musik dengan cepat berkat fitur Instant ON. DVD dan Audio CD dapat dimainkan tanpa harus reboot ke Windows. Tombol-tombol AV khusus juga disediakan untuk kontrolnya.

Dan tidak ketinggalan pengamanan yang tidak dapat ditembus dengan fingerprint sensor, penggunanya dapat mengakses BIOS, hard disk dan log in ke Windows® tanpa harus memasukkan password. TCG Ver.1.2 compliant Trusted Platform Module (TPM) security chip mencegah pencurian data dengan cara menyimpan data-data sensitive seperti password ke dalam security chip itu sendiri.

Dengan menggunakan Genuine Windows Vista™ Business (English Version), dipadukan dengan teknologi paling mutakhir, untuk tipe VGN-TZ37GN dipersenjatai oleh Intel® CoreTM2 Duo Processor U7700 (1.33 GHz) Storage 120GB dan memory 2GB. Sedangkan untuk tipe VGN-TZ36GN dipersenjatai oleh Intel® CoreTM2 Duo Processor U7600 (1.20 GHz) Storage 100GB dan memory 1GB. Koneksi wireless LAN (IEEE 802.11a/b/g), Bluetooth® ver. 2.0, dua port USB 2.0, SD Memory Card dan slot Memory Stick (kompatibel untuk ukuran Standard / Duo).

“Lizard Brown dan Premium Gold” VAIO CR Series

Ini dia warna berikutnya yaitu Lizard Brown dan Premium Gold yang hadir dari rangkaian VAIO CR Series yang colorful, setelah sebelumnya beberapa pendahulunya hadir yaitu Blazing Red, Indigo Blue, Luxury Pink, Pure White dan Aroma Black. Saat ini telah tujuh warna yang hadir dari rangkaian VAIO CR series ini dimana kesemua warna ini sangat menangkap perhatian para generasi baru yang sangat menyadari bahwa selain teknologi dan performa yang tak kalah pentingnya adalah desain dan warna sebagai simbol maupun ekspresi kepribadian mereka. Sehingga VAIO CR Series dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Sony VAIO CR Lizard Brown terinspirasi dari keindahan sebuah kulit reptil, kulit yang dilambangkan dengan kemaskulinan yang berani dan mengekspresikan kualitas material yang tinggi. Body cover VAIO CR series Lizard Brown dilapisi penuh oleh replika kulit reptil dan body interiornya berwarna coklat muda nan dinamis, perpaduan kulit reptil dan warna nan indah ini tidak menghilangkan sisi trendi dan gaya yang ditujukan bagi kalangan eksekutif yang maskulin.

Begitu pun dengan warna berikutnya yaitu Sony VAIO CR Premium Gold, terinspirasi dengan nilai premium emas murni Sony mengaplikasikannya kedalam VAIO CR warna baru ini. Dengan desain body berlapis warna emas hingga kedalam interior body-nya menambah kesan premium akan sebuah produk yang berkualitas tinggi. Siapun pemakainya akan merasakan keanggunan nan menawan dari sebuah warna dari Notebook dengan tidak meninggalkan fitur-fitur teknologi yang berkelas pula di dalamnya.

Menambah kesuksesan pendahulu CR Series ini Sony pun menambah spesifikasi produk untuk melengkapi kebutuhan para penggunanya yaitu dengan peningkatan memori utama berkapasitas 1GB (dapat ditingkatkan mencapai 4GB); dan peningkatan kapasitas Hard Disk Drive dari yang sebelumnya yaitu menjadi 120GB, sehingga CR Series baru ini tidak hanya akan menghadirkan kecantikan personalized technology tetapi juga power baru.

VAIO CR menawarkan paket fitur yang lengkap, ditenagai oleh teknologi processor Intel® Centrino® Duo terbaru, Mobile Intel® GM965 Express Chipset dan Intel® CoreTM2 Duo Processor T7100 (1.80 GHz), Integrated wireless LAN (IEEE 802.11a/b/g), Bluetooth® ver. 2.0, 3MB Advanced smart cache memory, slot Memory Stick (kompatibel dengan Standard / Duo) dan slot memory card SD.

CR Series juga menggunakan Genuine Windows Vista™ Home Premium (English Version) ditambah fungsi-fungsi multimedia disempurnakan dengan adanya aplikasi software Audio Visual (AV) seperti Click to Disc, VAIO Video & Photo Suite 1.1, SonicStage Mastering Studio, Windows® Media Center, Win DVD, Roxio Easy Media Creator 9.1 dan Norton Internet Security™ 2008.

Fitur-fitur yang tetap tersedia didalam seri ini adalah seperti tiga konektor USB 2.0, sebuah konektor i.LINK untuk transfer video, sebuah konektor s-video out untuk koneksi ke TV, dan sejumlah perpanjangan konektivitas lainnya tetap disediakan agar penggunanya dapat menikmati hiburan dengan lebih maksimal baik di meja maupun pada saat sedang mobile.

Fungsi Instant ON langsung memainkan konten musik yang paling sering dimainkan dan program-program multimedia lainnya seperti CD/DVD, musik dan foto. File-file ini dapat dinyalakan dengan cepat tanpa full start-up terlebih dahulu. Program screen akan tampil pada layar agar penggunanya dapat memilih file dalam satu langkah mudah. Pada saat yang bersamaan, notebook ini juga menyediakan AV Button yang dapat mempersingkat waktu launching program. Display OFF Button yang terletak di panel memungkinkan penggunanya mematikan LCD hanya dengan satu tekanan pada tombol sambil mendengarkan musik. Camera 1.3 Mega Pixel yang terletak diatas LCD monitor memiliki camera capture button yang ter-integrasi, dan juga sejumlah desain photo frame yang baru. Pengguna dapat menikmati blog dan fungsi video chat tanpa kabel dan tanpa harus menancapkan USB ke camera.

Intel Core i7,Prosesor Generasi Terbaru dari Intel

Prosesor Generasi Terbaru

Setelah memperkenalkan dan meluncurkan Prosesor Intel Centrino 2--prosesor berteknologi mutakhir untuk laptop--pada Juli lalu, Intel Corporation kembali memperkenalkan produk terbarunya pada Senin kemarin. Kali ini perusahaan peranti komputer yang berpusat di California, Amerika Serikat, itu memperkenalkan prosesor seri Intel Core terbaru setelah Prosesor Intel Core 2 Duo.
Prosesor untuk komputer desktop yang sebelumnya dikenal dengan nama kode Nehalem ini secara resmi hadir dengan nama Prosesor Intel Core i7. Dinamakan demikian karena ia mengusung identifier i7, teknologi terbaru dari Intel. Intel Core i7 menjadi produk pertama dari beberapa prosesor dengan teknologi yang sama, yang akan diluncurkan hingga tahun depan.
Seperti beberapa seri prosesor yang diluncurkan terdahulu, Intel Core i7 juga hadir dengan versi Extreme Edition. Produk ini menurut pihak Intel akan membawa performa tinggi pada komputer sekaligus membuatnya semakin hemat energi. Padahal biasanya jika performa semakin tinggi, kebutuhan energinya semakin besar.
Kemajuan teknologi ini sama dengan yang diusung Prosesor Intel Centrino 2, yang baru diperkenalkan di Indonesia pada pekan lalu. Intel Core i7 juga memiliki teknologi proses 45 Nanometer seperti Centrino 2. Proses 45 Nanometer ini akan menghasilkan kualitas tampilan gambar di monitor jauh lebih baik, seperti memutar video definisi tinggi.
Dengan berbagai kelebihan itu, terutama fitur hemat energinya, prosesor ini tentu diperlukan oleh perusahaan yang sedang melakukan penghematan energi dalam pemakaian komputernya.
Dengan kelebihan itulah Intel Corporation mengklaim Prosesor Intel Core i7 akan memperpanjang kepemimpinan mereka dalam teknologi prosesor laptop, desktop, dan perangkat server. Merek ini akan menjadi pemimpin ke depan untuk teknologi prosesor PC, kata Sean Maloney, Wakil Presiden Eksekutif sekaligus General Manager Sales and Marketing Group Intel Corporation.
Menurut Sean, mulai saat ini Intel Core i7 akan difokuskan pada sumber-sumber pemasaran yang lebih banyak menggunakan prosesor Intel Core. Prosesor Intel telah mendapat perhatian luas dan menjadi pilihan konsumen perangkat komputer sejak bertahun-tahun lalu. "Keluarga prosesor Intel Core ini tetap akan menjadi pilihan logis," begitulah pernyataan Intel dalam rilisnya.
Untuk produk prosesor yang bakal menjadi andalannya ini, Intel membedakannya dalam dua warna logo. Logo berwarna biru untuk Prosesor Intel Core i7, dan hitam untuk Intel Core i7 Extreme Edition. Prosesor berbasis teknologi microarhitecture itu diharapkan mulai diproduksi pada kuartal keempat tahun ini.
Prosesor Intel Core i7 akan memiliki fitur Intel Hyper-Threading yang mengusung teknologi multi-threading simultan. Pihak Intel belum memberi penjelasan teknis yang lengkap tentang produk anyarnya ini. Namun dalam situs PC Magazine disebutkan, prosesor ini memiliki dua hingga delapan cores (inti).
Intel Core i7 juga mempunyai Quick Path Interconnect, sistem antarkoneksi dengan proses berkecepatan tinggi, lebih dari 25 gigabit per detik, per-link. Dengan kemampuan kecepatan proses itu, Intel Core i7 yang mempunyai peranti AMD (Advanced Micro Devices) mutakhir menjadi pengontrol memori yang lebih terintegrasi.
Pihak Intel Corporation memang belum memberi penjelasan lengkap tentang Intel Core i7. Sebab, menurut rencana, perusahaan raksasa tersebut baru akan memberi penjelasan rinci tentang produk ini pada ajang "Intel Developer Forum" di San Fransisco, 19 Agustus mendatang

Windows 7, Pengganti Vista

Windows 7, Pengganti Vista

Windowns 7 image Sistem operasi yang menggunakan Graphical User Interface (GUI) telah menjadi titik awal munculnya teknologi touch screen yang dapat diaplikasikan di komputer. Windows 7, sistem operasi pengganti Vista sekaligus sistem operasi pertama yang memperkenalkan teknologi multitouch screen dari Microsoft’s Surface tabletop computer. Windows 7 ini sekaligus akan membuat user lebih mudah menjelajah tanpa perlu menggunakan mouse. Sebuah video yang mendemonstrasikan penggunaan kemampuan multitouch Windows 7 dapat dilihat pada blog Microsoft.

Kemampuan software multitouch Windows 7 ditunjukkan dengan sebuah aplikasi baru, Touchable Paint, yang hanya dengan menggunakan 10 jari, user dapat bebas melukis gambar pada layar. Untuk manipulasi foto, hanya dengan dua jari user dapat memperbesar dan memperkecil foto, bahkan membuatnya seperti slideshow. Untuk pencarian peta user dapat menggunakan Windows Live Local dan Microsoft Virtual Earth yang mampu menampilkan arah dan jalan dimanapun berada.

Rencananya, pihak Micosoft akan meluncurkan Windows 7 pada akhir Januari 2010, berdasarkan hasil pembicaraan antara Microsoft CEO Steve Ballmer dan Chairman Bill Gates dalm konferensi ‘All Things Digital’ beberapa hari yang lalu. Hal ini merupakan jawaban atas isu yang beredar bahwa Gates akan meluncurkan sistem operasi Windows 7 pada akhir tahun 2009 atau tiga tahun setelah sistem operasi Vista muncul. Windows 7 untuk versi client akan menggunakan versi 32 bit dan 64 bit, sedangkan untuk bagian server, Windows server 7, kini sedang dikembangkan lebih lanjut. Untuk fitur-fitur seperti desain User Interface yang ada di Windows 7 hingga kini belum final dan masih menjadi rahasia pihak Microsoft. Pihak Microsoft menekankan, Windows 7 akan bekerja lebih baik dibandingkan Windows Vista, lebih hemat memori dan daya, efisien, dan punya lebih banyak koneksi ke ponsel.

Kamis, Agustus 21, 2008

Sejarah Dream theater

Dream Theater adalah salah satu grup progressive metal paling terkemuka di dunia saat ini. Didirikan oleh Mike Portnoy, John Petrucci dan John Myung, mereka telah merilis delapan album studio, empat rekaman live dan satu album pendek (EP). Album pertama mereka, When Dream And Day Unite direkam dengan Charlie Dominici sebagai vokalis dan Kevin Moore sebagai pemain keyboards. Dominici berusia jauh lebih tua daripada anggota lainnya dan ingin memainkan musik yang lain, sehingga ia kemudian keluar dari grup. Mereka kemudian mencari pengganti yang ideal selama 2 tahun sampai akhirnya bertemu dengan James LaBrie, vokalis dari Kanada melalui audisi.

Bersama LaBrie mereka merekam Images And Words yang melambungkan nama mereka ke jajaran internasional dengan hit “Pull Me Under” dan “Another Day”. Awake adalah album terakhir mereka dengan Moore yang kemudian digantikan oleh Derek Sherinian untuk album Falling Into Infinity. Pada akhirnya Sherinian juga digantikan oleh Jordan Rudess dan formasi ini masih bertahan sampai hari ini. Mereka telah meluncurkan album konsep Metropolis 2: Scenes From A Memory dan album ganda Six Degrees Of Inner Turbulence. Pada tahun 2003 mereka memutuskan untuk merekam album non-konsep Train Of Thought yang sangat dipengaruhi oleh grup thrash metal seperti Metallica.

Album terbaru mereka yang berjudul Octavarium dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2005 dan selain merupakan album studio kedelapan juga mengandung delapan lagu.

Sejarah

Dream Theater dibentuk pada bulan September 1985, ketika gitaris John Petrucci dan bassis John Myung memutuskan untuk membentuk sebuah band untuk mengisi waktu luang mereka ketika bersekolah di Berklee College of Music di Boston. Mereka lalu bertemu seorang pemain drum, Mike Portnoy, di salah satu ruang latihan di Berklee, dan setelah dua hari negosiasi, mereka berhasil mengajak Mike Portnoy untuk bergabung. Setelah itu, mereka bertiga ingin mengisi dua tempat kosong di band tersebut, dan Petrucci bertanya kepada teman band, Kevin Moore, untuk menjadi pemain keyboard. Dia setuju, dan ketika Chris Collins diajak untuk menjadi vokalis, band tersebut sudah komplit.

Dengan lima anggota, mereka memutuskan untuk menamai band tersebut dengan nama Majesty. Menurut dokumentasi DVD Score, mereka berlima sedang mengantri tiket untuk konser Rush di Berklee Performance Center ketika mendengarkan Rush dengan boom box. Portnoy lalu berkata bahwa akhiran dari lagu tersebut (Bastille Day) terdengar sangat “majestic”. Pada saat itulah mereka memutuskan Majesty adalah nama yang bagus untuk sebuah band, dan tetap bagus sampai sekarang.

Pada saat - saat tersebut, Portnoy, Petrucci dan Myung masih berkutat dengan kuliah mereka, juga dengan kerja paruh waktu dan mengajar. Jadwal mereka menjadi kiat ketat sehingga mereka harus memutuskan antara mengejar karir di bidang musik atau mengakhiri band Majesty. Namun akhirnya Majesty menang dan mereka bertiga keluar dari Berklee untuk berkonsentrasi di karir musik. Petrucci mengomentari tentang hal ini di dokumentasi DVD Score, berkata bahwa saat tersebut sangat susah untuk meminta kepada orang tuanya untuk pergi ke sekolah musik. Dan lebih susah lagi untuk menyakinkan orang tuanya agar ia boleh keluar dari sekolah.

Moore juga akhirnya keluar dari sekolahnya, SUNY Fredonia, untuk berkonsentrasi dengan band tersebut.

Karakteristik

Beberapa teknik penulisan lagu yang unik telah dilakukan oleh Dream Theater, yang kebanyakan terjadi di masa - masa sekarang, ketika mereka bisa bereksperimen dengan label rekaman mereka sendiri.

Dimulai dengan Train of Thought, Dream Theater sudah memulai memasukkan elemen - elemen kecil dan tersembunyi di musik mereka, dan memuat elemen tersebut kepada peminat yang lebih fanatik. Karakteristik yang paling terkenal (yang biasa disebut “nugget”) tersembunyi di “In the Name of God”, yang merupakan sandi morse dari “eat my ass and balls” (makan pantatku dan penisku), yang merupakan kata - kata terkenal dari Mike Portnoy. Sejak saat itu, banyak peminat - peminat Dream Theater mulai berusaha menemukan hal - hal kecil yang biasanya tidak menarik bagi peminat biasa.

Beberapa dari teknik mereka yang terkenal termasuk:

  • Suara dari fonograf di akhiran dari “Finally Free” di album Scenes from a Memory adalah suara yang sama di awalan “The Glass Prison” di album berikutnya, Six Degrees of Inner Turbulence. Dan akhiran kunci terakhir di “As I Am” sama dengan kunci yang digunakan di album selanjutnya, Train of Thought. Juga, not piano yang dimainkan di akhiran “In the Name of God” di ‘Train of Thought adalah not yang sama dengan pembukaan “The Root of All Evil” di album berikutnya, Octavarium.
  • Tiga bagian dari “The Glass Prison” di Six Degrees of Inner Turbulence, dua bagian dari “This Dying Soul” di Train of Thought dan dua bagian dari “The Root of All Evil” di Octavarium menunjukkan tujuh poin pertama dari dua belas poin - poin di program Alcoholics Anonymous oleh Bill Wilson, yang mana program itu diikuti oleh Mike Portnoy. Ia juga berkata bahwa ia akan membuat lagu - lagu lain yang memuat lima program lainnya, yang akan ditujukan untuk Wilson
  • Dream Theater kadang menggunakan teknik penulisan lagu dimana bagian - bagian dari sebuah lagu dikembangkan tiap kali mereka dimainkan. Contohnya, lagu “6:00″ dari Awake. Setelah awalan lagu, mereka hampir memainkan chorus, tapi mengulang lagu tersebut dari awalan lagi (di menit 1:33). Dan ketika chorus sudah seharusnya dimainkan pada saat berikutnya, mereka mengulang lagi dari awalan, di menit 2:11. Teknik ini bisa juga ditemukan di “Peruvian Skies”, “Blind Faith” dan “Endless Sacrifice”
  • Penggunaan notasi yang berulang - ulang juga digunakan, yang sudah dikenal dari lagu - lagu Charles Ives, contohnya:

    • Tema lagu “Wait for Sleep” muncul di “Learning to Live” (menit 8:11) dan juga muncul dua kali di “Just Let Me Breath” (menit 3:39 dan 5:21)

  • Tema lagu “Learning to Live” muncul di “Another Day” (menit 2:53)

  • Tema lagu “Space-Dye Vest” digunakan beberapa kali di album Awake.

  • Tema pembukaan dari “Erotomania” digunakan di “Voices” di Awake (menit 4:51).

  • Satu dari melodi - melodi di “Metropolis Pt 1 (The Miracle and the Sleeper)” diulang di chorus kedua di “Home” dari Metropolis Pt 2 (Scenes From A Memory), dengan cuma pengubahan satu kata. Beberapa lirik dari “Metropolis Pt 1″ just digunakan di “Home”. Pada dasarnya, keseluruhan album “Scenes From A Memory” penuh dengan musikal/lirikal/konseptual variasi dari elemen - elemen musikal dari “Metropolis Pt 1″ dan “The Dance of Eternity” sebenarnya dibangun dari variasi - variasi elemen musik di lagu - lagu dalam album tersebut.

  • Bagian - baguan dari tiap lagu di album “Octavarium” telah digunakan di bagian kelima dari lagu berjudul sama, “Octavarium”.
  • Six Degrees of Inner Turbulence, studio album ke enam mereka, memuat enam lagu dan mempunyai karakter - karakter angka enam di judul - judul lagunya. Train of Thought, studio album ke tujuh mereka, memuat tujuh lagu. Octavarium, studio album ke delapan mereka memuat delapan lagu dan judul albumnya diambil dari kata octo, yang merupakan kata Latin yang berarti delapan, berarti satu oktaf dari istilah musik, yang mana merupakan jarak dari satu not ke not lain adalah delapan not di tangga nada diatonik. Judul lagi dari CD ini adalah 24 menit, kelipatan dari 8. Halaman depan albumnya juga memuat karakter - karakter yang berhubungan dengan 5 dan 8. Contohnya, satu set dari kotak - kotak putih dan kotak - kotak hitam, mempunyai arti satu oktaf dari piano.
  • Lagu “Octavarium” dulunya ingin diakhiri dengan seruling yang bergema serupa dengan awalan lagu tersebut. Namun diganti dengan not piano yang sama dari awalan album Octavarium. Mike Portnoy telah mengatakan bahwa seri awalan - akhiran album akan berhenti disini, karena album ke sembilan mendatang tidak akan diawali dengan akhiran “Octavarium”

Album baru Dream theater

DREAM THEATER: Systematic Chaos

`
`
King of Progresif Rock is Back! Album baru Dream Theater: Systematic Chaos akhirnya menggelontor juga.
Album ini di release per-5 Juni 2007 dengan 2 model design sampulnya.

Yang reguler bergambar interchange jalan tol dengan warna hijau pucat kekuning-kuningan sementara yang special edition bergambar traffic light yang digantung diatas kawat berduri dengan background warna oranye kehitaman.

Style album ini tetap berpegang pada progressive dengan corak baladda yang di mix dengan epic-metal alla metallica. Lirik pada album ini agakberbeda dengan album2 terdahulu, disini DT menghadirkan beberapa lirik tentang fantasi mereka, tetapi lirik tentang personal tetap mereka pertahankan.

Dimulai dengan lagu In The Presence of Enemies Pt.1 yang menuntut kesabaran kita menunggu hingga hampir menit ke 5 untuk mendengarkan suara James LaBrie. Maklumlah, lagu ini total durasinya saja sekitar 16.38 menit.

Dream theater

Dream Theater adalah grup musik terhebat di dunia ini sekarang. Dream theater merupakan band beraliran progresif metal. Band tersebut dibentuk oleh tiga murid sekolah musik The Berklee College of Music pada 1985. Yakni,
John Myung (bas), Mike Portnoy (drum), dan John Petrucci (gitar). Kevin Moore, teman SMA Petrucci's direkrut mereka untuk memainkan keyboard dan Chris Collins sebagai vokalis.

Sejak dibentuk pada 21 tahun lalu, mereka menjadi salah satu band metal progresif yang sukses, tepatnya pada 1970-an, meski keberadaannya belum begitu kuat di antara aliran musik pop dan rock saat itu.
Dua album mereka memperoleh penjualan tertinggi. Yakni, Image’s and Word (1992) dan Octavarium (2005). Kedua album tersebut memperoleh penghargaan gold record dan tetap dihormati sebagai album metal progresif. Album tersebut, meski hanya menduduki peringkat ke-61 (Image’s and Word) dan peringkat ke-36 (Octavarium) tangga lagu Billboard 200 Charts.

Musik band tersebut dikenal sangat bagus. Terutama masing-masing personelnya dalam memainkan alat musik. Karena itu, memenangi banyak penghargaan dari majalah musik. Mereka sangat dihormati oleh musisi besar rock dan metal. Anggota band tersebut juga sering berkolaborasi dengan musisi besar lain. Misalnya, John Petrucci menjadi salah satu gitaris dalam kolaborasi G3 bersama joe satriani dan Setve Vai. Hal itu mengikuti langkah Eric Jhonson, Robert Fripp, Yngwie Malmsteen, dan gitaris berpengaruh lainnya dalam G3 sebelumnya.

Dream Theater juga tercatat sebagai band yang beraliran sangat unik. Dengan skill masing-masing personelnya yang mumpuni, mereka mampu menggabungkan beberapa genre musik yang berbeda hingga menjadi suatu aliran musik yang benar-benar baru dalam kancah rock. Beberapa personelnya sering bergabung dalam konser grup-grup dan musisi besar seperti include Deep Purple, Emerson Lake and Palmer, Iron Maiden, Joe Satriani, King's X, Marillion, Megadeth, In Flames, Pain of Salvation, Porcupine Tree, Queensrÿche, Spock's Beard, Fear Factory, Symphony X, dan Yes. Pada 2005, dream Theater mengadakan tur konser bersama Megadeth. Tur yang diadakan di Amerika Utara tersebut berlabel Gigantour.

Personnel
Personel sekarang
James LaBrie - Vocals and percussion (1991 - present)
John Petrucci - Guitars and backing vocals (1985 - present)
Mike Portnoy - Drums, percussion and backing vocals (1985 - present)
John Myung - Bass and Chapman Stick (1985 - present)
Jordan Rudess - keyboards, lap steel guitar, and Continuum (1999 - present)

Mantan personel
Chris Collins - Vocals (1986)
Charlie Dominici - Vocals (1987- 1990)
Kevin Moore - Keyboards (1986-1994)
Derek Sherinian - Keyboards (1995-1999)

John Ro Myung

FULL NAME - John Ro Myung

BIRTHDAY - January 24, 1967

HEIGHT - 5' 7''

John Myung was born on January 24, 1967 in Chicago, Illinois, and moved to Long Island, New York, with his family when he was a young boy. John says that his mother always listened to classical music and so at age 5 he began violin lessons.

When John was 15 his next door neighbor approached him to play bass for his band, assuming that since it had four strings like a violin he could learn it easily. Although it turned out to be a totally different instrument, John took to bass very quickly and has never picked up a violin since.

John's main influences include Chris Squire, Steve Harris and Geddy Lee and their respective bands Yes, Iron Maiden and Rush. He also listens to bands like Jane's Addiction, King's X and The Red Hot Chili Peppers as well as classical and blues.

John is the only member of Dream Theater still living on Long Island, with his wife Lisa. When not on the road, John enjoys reading, exercise, and fishing.